Saat ini, saya adalah seorang mahasiswa Pendidikan Profesi Guru
Prajabatan di jurusan PGSD. Saya belajar bersama teman-teman saya di
Universitas Widya Dharma Klaten dan berjuang untuk meraih tujuan yang sama
yaitu menjadi guru yang professional. Untuk menjadi guru yang baik dan berpihak
kepada peserta didik, saya berusaha memperkaya diri dengan sebanyak mungkin
bekal pengetahuan. Melalui program PPG Prajabatan ini, saya akan mengikuti
serangkaian pembelajaran, tugas dan proyek yang akan memperluas pengetahuan
saya. Pada kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL), saya akan diterjunkan ke
sekolah untuk menerapkan langsung apa yang saya pelajari selama kegiatan
perkuliahan. Oleh karena itu, saya akan mengikuti program ini dengan baik dan
bersungguh-sungguh.
Saya meyakini bahwa mendidik berarti
menuntun setiap anak didik sesuai dengan keunikan yang dimilikinya
masing-masing dan “merawat” mereka agar tumbuh menjadi manusia yang seutuhnya.
Hal yang memotivasi saya adalah bahwa untuk menjadi guru yang berpihak pada siswa,
saya harus memaknai peran saya dengan baik agar bisa mencapai tujuan pengajaran
dan pendidikan sebagai guru. Oleh karena itu, saya mengikuti mata kuliah
Filosofi Pendidikan Indonesia karena untuk memperdalam rasa dan kesadaran bahwa
menjadi guru adalah panggilan hati yang penuh dengan tanggungjawab. Selain itu,
saya dapat belajar dan menyerap ide-ide serta semangat Ki Hajar Dewantara di
dunia pendidikan Indonesia dari era kolonial sampai saat ini.
Sejarah pendidikan di Indonesia mengalami transformasi
yang signifikan, dan salah satu pahlawan pendidikan yang mencetuskan perubahan
tersebut adalah Ki Hajar Dewantara. Beliau memimpin gerakan untuk merevolusi
sistem pendidikan yang telah lama terkungkung oleh warisan kolonial. Sebelum
masa kolonial, sistem pendidikan berakar dalam budaya lokal dan diintegrasikan
dengan kehidupan masyarakat. Pada masa colonial, pendidikan diselenggarakan ditujukan
hanya untuk memenuhi kebutuhan perusahaan Belanda. Dewantara, melalui
pidatonya, dengan tegas menegaskan bahwa pendidikan harus menjadi cerminan dari
nilai-nilai budaya lokal dan menjadi sarana untuk membangun karakter serta
kemandirian, tetapi juga tetap terbuka dengan budaya luar yang positif.
Pada tahun 1920, hadirlah semangat baru
yang menghendaki perubahan pada pendidikan Indonesia. Dewantara kemudian
mendirikan Tamansiswa pada tahun 1922, sebuah langkah revolusioner untuk
menciptakan pendidikan yang lebih seimbang. Kurikulum Tamansiswa mencoba
mengintegrasikan unsur-unsur tradisional dengan nilai-nilai modern, memberikan
siswa pengalaman belajar yang lebih menyeluruh. Dalam pidatonya, Dewantara
menyoroti urgensi agar pendidikan bukan hanya menjadi pembawa pengetahuan,
tetapi juga menjadi pembentuk karakter dan persiapan menghadapi kehidupan.
Pentingnya pendidikan sebagai alat untuk
membangun karakter dan identitas nasional juga ditekankan oleh Dewantara melalui
pidatonya yang inspiratif di Universitas Gadjah Mada pada tanggal 7 November
1956. Beliau bermimpi untuk menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara
intelektual, tetapi juga memiliki kebanggaan terhadap warisan budaya mereka.
Melalui usahanya, Dewantara membantu membuka jalan menuju sistem pendidikan
yang lebih inklusif, adil dan merdeka pasca masa kolonial.
Meskipun perjalanan menuju pendidikan yang lebih baik tidak selalu
mulus, pemikiran Dewantara tetap relevan dan menginspirasi sampai sekarang.
Warisan gerakannya tidak hanya memengaruhi masa itu, tetapi juga membentuk
fondasi pendidikan Indonesia yang kita kenal hari ini. Ki Hajar Dewantara bukan
hanya nama di buku sejarah, tetapi juga pahlawan pendidikan yang membawa
perubahan nyata dalam cara kita belajar dan mengajar serta merupakan seorang
pionir perubahan pendidikan yang memberikan pengaruh positif hingga saat ini.
Setelah memerinci topik filosofi pendidikan mengenai Ki Hajar Dewantara, sebagai calon guru profesional, saya meraih pemahaman baru dalam mengikuti mata kuliah filosofi nasional ini. Saya kini mengetahui sejarah pendidikan Indonesia, mulai dari periode sebelum kemerdekaan hingga pasca kemerdekaan. Pemahaman saya semakin bertambah mengenai beragam sistem pendidikan di Indonesia, yang seringkali mengalami perubahan kurikulum dengan cepat. Perubahan tersebut menghasilkan kurikulum yang dianggap sebagai solusi bagi berbagai permasalahan dalam dunia pendidikan, sejalan dengan konsep pemikiran Ki Hajar Dewantara. Sebagai calon guru profesional, pemahaman saya tentang peran seorang guru juga semakin diperluas. Tidak hanya sebagai pengajar di dalam kelas, namun seorang guru juga diharapkan menjadi teladan bagi para siswa. Seorang guru perlu mampu menjadi pionir perubahan, mengenalkan ide-ide inovatif kepada siswa. Selain itu, seorang guru juga harus memiliki kemampuan memberikan dorongan dan motivasi agar para siswa dapat berkembang menjadi individu yang lengkap secara manusiawi.
0 comments:
Post a Comment